Andi Mappanyukki adalah seorang anak bangsawan murni
yang lahir di Jongaya tahun 1885. Ayahnya seorang Raja bernama I Makkulau
Daeng Serang Karaeng Lembang
Parang Sultan Husain Tu Lengkura ri Bundu`na Raja Gowa ke-34. Sedangkan Ibunya
adalah I Cella We tenri pada Arung Alita putri La Renrengi Ahmad Saleh
arumpu Raja Bone Ke-27.
Baru
menginjak usia 16 tahun Andi Mappanyuki diangkat menjadi Datu Suppa. Yaitu salah satu kerajaan yang tergabung
dalam lima kerajaan Ajattappareng.
Awal
perjuangan
Sejak berusia 20 tahun, ia
mengangkat senjata untuk berperang mengusir penjajah Belanda. Ia berjuang
membela Kerajaan Gowa di
daerah Gunung Sari. Dalam pertempuran, pasukan Gubernur
Jenderal Belanda Kroesen menggempur pasukan pimpinan Andi Mappanyuki yang
mengakibatkan 23 orang pasukannya gugur. Pada 25 Desember 1905 pasukan Andi Mappanyuki melakukan
serangan balik dan berhasil menangkap pimpinan pasukan Belanda Vande Kroll yang
kemudian ditembak mati.
Belanda mengejar Raja Gowa I
Makkulau, saat dalam keadaan terdesak Baginda terjatuh ke jurang dan menemui
ajalnya.
Kematian ayahnya membuat Andi Mappanyuki masuk hutan untuk
melakukan perlawanan. Belanda melakukan segala upaya untuk menangkap Andi Mappanyuki walau usaha itu sering kali gagal
.
Pemerintah
Hindia Belanda mengirim utusan La Parenrengi Karaeng Tinggimae
yang ditugaskan membujuk Andi Mappanyuki agar bersedia melakukan perundingan
dan mengakhiri perang serta menawarkan jika berhasil, maka Gowa akan dijadikan
sekutu terhormat. Tawaran tersebut tidak merubah pendiriannya yang kemudian
suatu saat Andi Mappanyuki ditawan dan dimasukan dalam penjara bersama beberapa
orang pasukannya.
Andi Mapanyukki di asingkan ke selayar selama kerang lebih tiga tahun sebagai
tahanan perang.
Pada tahun 1909 Gubernur
Jenderal Sulawesi AJ. Baron De Quarles membebaskan Andi Mappanyuki dengan tujuan untuk memberikan jabatan
regan di kawasan Gowa Barat dengan Gaji 400 golden karena pada pemerintah colonial belanda gagal
dalam usaha itu mengikat ketaatan rakyat. Namun Andi Mappanyukki tetap
menonaknya dengan halus.
Naik
tahta di Bone
Pada 2 April 1931 melalui Sidang Ade Pitue dilakukan musyawarah dan mufakat
dan memilih Andi Mappanyuki untuk dinobatkan sebagai Raja Bone ke XXXII dengan
gelar Sultan Ibrahim, sehingga
beliau bernama lengkap Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim. Ketika dilantik beliau bernama
La Mappanyuki ( Bugis ) atau I Mappanyuki ( Makasar ) dan diberi gelar Datue Ri
Silaja, karena pernah dibuang Belanda ke Pulau Selayar pada tahun 1907 saat
berperang bersama ayah, paman dan saudaranya melawan Belanda (1905-1907).
Dia dengan
tegas menolak bekerja sama dengan Belanda. "Aku tidak
buta dengan mentega, dan mulut saya tidak dapat ditutup dengan roti, dan tidak
bisa saya menjadi licin dengan susu," kata Mappanyukki yang dikutip surat
kabar Kebenaran di Makassar. Ucapan itu juga menyebabkan Kebenaran hanya sekali
terbit, sebab langsung dibreidel pemerintah Belanda.
Karena menolak
bersekutu dengan Belanda, ia diturunkan sebagai Raja Bone oleh kekuasaan
Belanda. Ia kemudian diasingkan selama 3,5 tahun di rantepao, Tanah Toraja Selawasi Selatan.
Mappanyukki wafat tanggal 1967 di Jongaya, tempat ia dilahirkan. Makamnya
diletakkan di pemakaman raja-raja Gowa atau Bone lazimnya, tetapi oleh
pemerintah diletakkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar dengan upacara kenegaraan.
Kepribadian dan
integritasnya sebagai pejuang yang pantang menyerah kepada Belanda menjadi suri
teladan bagi putra-putra beliau untuk turut berjuang. Hal ini diteladani Andi
Pangerang Petta Rani dan Andi Abdullah Bau Massepe yang dikenal juga sebagai
pejuang kemerdekaan yang berasal dari Sulawesi selatan.
Berkat perjuangan dan jasa-jasanya kepada bangsa dan negara. Pada tanggal
10 November 2004 Pemerintah RI. menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional sebagai
penghormatan tertinggi dari negara dan bangsa Indonesia berdasarkan Keputusan
Presiden RI No: 089/TK/TH 2004 tanggal 5 November 2004
Jalan Andi Mappanyukki berada di
wilayah Kecamatan Mariso. Kedua ujung jalan ini bersentuhan dengan Jl Lasinrang
dan Jl Stadion, Stadion Mattaoanging Andi Mattalatta. Pertengahan jalan itu
dibelah oleh Jl kasuari.
DAFTAR
BACAAN
Hamid Abdul,
2007,Sejarah Bone. Watampone : Dinas
Kebudayaan dan Parawisata.
Ka.Balai
Kajian Jarahnitra Makassar. 2005 Buletin
Bosara “Media Informasi dan Budaya SulSel”. Makassar :
Rady Lina
Andi, 2007, Riwayat to Bone, Watampone
:Dinas Kebudayaan dan Parawisata.
0 komentar:
Posting Komentar